MAKNA PENJOR GALUNGAN
Penjor sebagai pelengkap upacara tentu sangat berbeda dengan penjor yang dipakai untuk penunjang kesenian. Penjor Galungan tidak boleh dibuat dengan sesuka hati. Ada pakem dan makna tersendiri yang terkandung di dalamnya. Bagi umat Hindu, penjor Galungan merupakan simbol gunung.
Penjor sebagai pelengkap upacara hari raya Galungan memiliki nilai sakral. Dalam pembuatanya harus memperhatikan unsur unsur yang terkandung di dalamnya. Penjor dibuat berdasarkan unsur unsur alam. Penjor dibuat dari bambu, jenis daun (plawa) seperti janur, daun endong, daun cemara.
Sedangkan untuk perlengkapan penjor ada pala bungkah (umbi umbian) pala gantung (seperti kelapa, timun, pisang), pala wija (seperti jagung, padi), jajan (jaja gina, jaja uli), serta sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.
Pada ujung penjor digantungkan sampian penjor. Lengkap dengan porosan dan bunga. Sebagai bentuk rasa syukur dan terimakasih atas kemakmuran yang diberikan.Penjor Galungan dipasang pada saat Penampahan Galungan, setelah jam 12 siang. Pada saat hari raya Penampahan Galungan kita berperang melawan pikiran yang kotor, melawan nafsu negatif dan sifat ego. Dilambangkan dengan menyembelih babi.
Babi bisa diartikan sebagai wujud sifat malas, ego. Kita bunuh sifat buruk dalam diri kita. Kemudian pada hari ini kita niasa, meneguhkan sradha bhakti. Pemasangan penjor Galungan juga bermakna bahwa kita siap menjadikan Dharma sebagai jalan kehidupan.Itulah kenapa penjor Galungan harus dipasang pada saat penampahan Galungan sesuai dengan runtutan hari Raya Galungan. Sebagai hari perayaan kemenangan kita melawan sifat sifat Bhuta