Warna, Jumlah dan Makna Dupa Dalam Bersembahyang Hindu Bali
Dalam persembahyangan Umat Hindu khususnya di Pulau Bali menggunakan unsur api yang diwujudkan dengan Dupa. Dupa adalah sejenis harum-haruman yang dibakar sehingga berasap dan berbau harum. Dupa dengan nyala apinya merupakan lambang dari Dewa Agni, yang mana berfungsi sebagai berikut:
- Sebagai Pendeta pemimpin upacara
- Sebagai perantara menghubungkan pemuja dengan yang dipuja
- Sebagai pembasmi segala kotoran dan pengusir roh jahat.
- Sebagai saksi upacara.
Penggunaan Api dalam tradisi agama Hindu bersumber dari Kitab Suci Hindu. Dalam kelompok kitab suci Vedanga yang terdiri dari kitab :Siksa, Vyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisa, dan Kalpa.
Dalam Reg Weda dan Sama Weda api memiliki peranan: Api adalah pengantar upacara, penghubung manusia dengan Brahman. (Regweda X, 80 : 4) Api (Agni) adalah Dewa pengusir Raksasa dan membakar habis semua mala dan dijadikannya suci. (Regweda VII 15 : 10) Hanya Agni (api) pimpinan upacara Yajna yang sejati menurut weda. (Regweda VIII 15 : 2)
Warna Dupa dan Jumlah Dupa Saat Sembahyang
- Dupa batang warna kuning [atau coklat muda alami] untuk sembahyang dan persembahan umum.
- Dupa batang warna merah untuk sembahyang dan persembahan yang khusus memohon sesuatu.
- Dupa batang warna hitam untuk menemani kita saat meditasi atau menjapakan mantra.
- Dupa batang warna hijau untuk sembahyang dan persembahan [upacara] bagi orang meninggal.
Selain itu, terdapat simbol atau kode niskala berapa batang jumlah dupa yang kita haturkan dalam persembahan, yaitu :
- 1 batang untuk persembahan umum di tempat suci atau palinggih di dalam lingkungan rumah, misalnya saat kita mebanten.
- 3 batang untuk persembahan umum di tempat suci di luar lingkungan rumah.
- 5 batang untuk persembahan di tempat usaha atau dagang.
- 7 batang untuk persembahan yang kita khusus memohon sesuatu secara spesifik.
- 9 batang untuk persembahan saat kita melakukan puja mantra kepada para Ista Dewata.
- 11 batang untuk persembahan ke seluruh penjuru alam semesta, agar semua makluk di alam semesta mendapatkan kebahagiaan.Menghaturkan dupa batang usahakan berjajar seperti kipas.
Mantra saat meletakkan dupa batang
Ong Ang dupa dipa astra ya namah swaha”
Mantra saat ngayabang [menghaturkan] dupa batang
Om agnir agnir jyotir swaha, Om dupam samarpayami swaha”
Letakkan dan haturkan dupa batang dengan penuh rasa hormat.Jadi dengan demikian kita bisa ketahui makna dari penggunaan dupa saat sembahyang adalah sebagai lambang penuntun umat, bagi yang melakukan sembahyang agar menghidupkan api dalam dirinya (bhuana alit) dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang Widhi. Seperti yang diibaratkan dengan Dupa yang asapnya menuju keatas dan menyatu dengan angkasa.
Makna Pengggunaan Dupa Saat Sembahyang Tentu dalam persembahyangan selalu kita jumpai Dupa sebagai salah satu saranya. Jika kita coba renungkan kembali akan arti dan fungsinya, tentu mempunyai makna yang dalam. Sehingga wajib ada dalam persembahyangan.
Dupa berasal dari “wisma” yaitu alam semesta menyala dan asapnya bergerak keatas, pelan-pelan menyatu dengan angkasa. Ini dapat dikatakan sebagai lambang penuntun umat, bagi yang melakukan sembahyang agar menghidupkan api dalam dirinya (bhuana alit) dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang Widhi. Seperti yang diibaratkan dengan Dupa yang asapnya menuju keatas dan menyatu dengan angkasa.Dengan demikian, dapat dikutip bahwa Dupa adalah lambang pertemuan antara umat dengan Tuhannya.